MIKROBIOLOGI TELUR SEGAR DAN PRODUK OLAHAN TELUR
LAPORAN MIKROBIOLOGI PANGAN II
NAMA :
LILY UTAMI
BP :
1201331005
PROGRAM
STUDI :
TEKNOLOGI PANGAN
JUDUL
PRATIKUM : MIKROBIOLOGI TELUR SEGAR DAN
PRODUK OLAHAN TELUR
HASIL
PRAKTIKUM
MEDIA
|
SAMPEL
|
||
TELUR
SEGAR
|
TELUR
ASIN
|
||
102
|
103
|
103
|
|
SSA
|
TBUD
|
TBUD
|
|
VRBA
|
30
|
1
|
|
PCA
|
81
|
18
|
|
APDA
|
312
|
200
|
TBUD
|
TSA
|
|
|
42
|




Media SSA media
VRBA
PEMBAHASAN
Telur adalah salah satu sumber
protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi.
Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan
sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain
sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan
mineral.
Sedangkan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan tentang uji mikrobiolgi telur dan produk
olahan telur, Jumlah mikroba pada kulit telur sekitar 102–107 koloni/gram
(dinyatakan sebagai angka lempeng total). Beberapa bakteri patogen yang mungkin
terdapat pada kulit telur adalah Salmonella, Campylobacter dan Listeria. Dari
berbagai jenis patogen tersebut, Salmonella merupakan patogen utama yang
mengontaminasi telur dan produk olahan telur.
Salmonella bisa ditemukan dalam saluran pencernaan hewan (termasuk
unggas). Konsumsi pangan yang mengandung sel viabel Salmonella dalam jumlah
besar (105 sel) dapat menyebabkan infeksi salmonellosis dengan gejala pusing,
muntah-muntah, sakit perut bagian bawah dan diare yang kadang didahului oleh
sakit kepala dan menggigil. Beberapa Salmonella dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius: S. paratyphi menyebabkan paratifus dan S. typhi menyebabkan
tifus. Saat ini juga terdeteksi adanya S. typhimurium DT 104 yang resisten
terhadap lima antibiotika (ampicillin, chloramphenicol, streptomycin,
sulfonamides dan tetracycline).
Selain
terkontaminasi karena masuknya patogen dari kulit telur, patogen didalam isi
telur juga bisa berasal dari induk ayam yang terinfeksi. Sebagai contoh,
Salmonella enteritidis adalah Salmonella penyebab salmonellosis yang ditemukan
pada isi telur segar yang kondisi kulitnya utuh (tidak retak/pecah) dan bersih.
Kontaminasinya ke dalam telur terjadi di dalam ovarium induk, sebelum isi telur
dibungkus oleh kulit pada saat produksi telur. Ayam yang menjadi pembawa S.
enteritidis seringkali terlihat sehat.
Menjaga keamanan telur
Tujuan
utama dari penanganan (termasuk penyimpanan) telur yang baik adalah untuk
mencegah masuknya patogen dari luar kedalam isi telur dan menghambat patogen
yang mungkin ada didalam isi telur untuk tumbuh dan memperbanyak diri. Ada
beberapa hal yang seharusnya dilakukan, yaitu:
1. Memilih telur yang bersih dan tidak
retak.
Bersih
dan tidak retak atau pecah merupakan syarat pertama dalam memilih telur. Telur
yang kotor dan dipenuhi oleh feces ayam biasanya memiliki tingkat kontaminasi
yang tinggi, sementara telur yang retak atau pecah akan memperbesar peluang
masuknya patogen kedalam isi telur. Jika telur retak atau pecah selama
pembelian dan/atau transportasi, maka isi telur harus segera dipisah dari kulit
telur; segera diolah dan tidak disimpan untuk pemakaian beberapa hari kedepan.
2. Mereduksi jumlah mikroba awal yang
terdapat di kulit telur.
Penurunan
jumlah mikroba pada kulit telur dapat dilakukan dengan proses pencucian. Proses
pencucian dibutuhkan jika anda membeli telur dalam jumlah besar dan akan
disimpan untuk jangka waktu yang agak lama, atau jika kulit telur diterima
dalam kondisi kotor. Telur dicuci dengan air bersih hangat (lebih baik jika
juga menggunakan sanitaiser yang food grade), suhu minimal 32oC dan 6–8,5oC
lebih tinggi dari suhu telur.
3. Menyimpan telur di suhu dingin.
Penyimpanan
dingin dilakukan untuk menghambat atau memperlambat pertumbuhan mikroba,
termasuk juga patogen yang mungkin mengkontaminasi isi telur. Karena Salmonella
dapat tumbuh dan berkembang biak pada suhu 10oC, untuk mengurangi risiko
perkembangbiakannya maka penyimpanan telur sebaiknya dilakukan pada suhu kurang
dari 7,5 derajat C.
Telur
yang telah disimpan di refrigerator, tidak boleh dikeluarkan dan diletakkan di
suhu ruang untuk waktu yang lama. Gunakan telur maksimum setelah dua jam
dikeluarkan dari refrigerator. Peningkatan suhu dari suhu dingin (refrigerator)
ke suhu ruang menyebabkan kulit telur ‘berkeringat’ dan mempercepat proses
pertumbuhan mikroba.
4. Memasak telur yang akan
dikonsumsi.
Karena
isi telur berpotensi untuk tercemar patogen, maka sangat tidak disarankan untuk
mengkonsumsi telur dalam kondisi mentah atau setengah matang. Telur maupun
produk olahan telur hendaknya dimasak sampai suhu di bagian terdingin produk
(bagian yang paling lambat panas) mencapai 72oC; atau sampai bagian putih telur
menjadi kaku dan memutih sementara kuning telur memadat sempurna.
Keracunan
pangan lebih sering terjadi pada produk olahan telur yang tidak memperoleh
pemanasan yang cukup untuk membunuh patogen. Beberapa produk dengan risiko
kontaminasi yang cukup tinggi adalah tiramisu, scrambled egg, omelette, quiche,
beberapa produk pastry, homemade mayonnaise, homemade ice-cream dan beberapa
jenis sauce.
5. Menerapkan cara produksi makanan yang
baik.
Penerapan
cara produksi makanan yang baik selama menangani telur dan produk-produk olahan
yang mengandung telur sangat penting untuk meminimalkan kontaminasi patogen dan
risiko keracunan pangan.
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa Telur adalah
salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna,
dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah.
Meskipun telur masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik
maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Mikroba dari air,
udara maupun kotoran ayam dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang
terdapat pada kulit telur.
Salmonella
adalah bakteri yang sering mengkontaminasi telur yang dapat menembus kulit
telur dan dapat mengkontaminasi sampai ke kuning telur. Salmonella yang
mengkontaminasi telur juga berasal dari feses unggas yang menempel pada telur.
Sebaiknya telur disimpan di dalam kulkas dan jangan pernah memakan telur
sebelum dimasak terlebih dahulu agar Salmonella di dalam telur mati.
Kebusukan oleh bakteri juga dapat dihindari
dengan mencegah adanya air pada permukaan setelah ditelurkan, menjaga agar
sarangnya tetap kering, menyimpan segera pada suhu 29oC sampai 31oC.
DAFTAR
PUSTAKA
Elida, Mutia. 2013. Buku Kerja Praktek
Mahasiswa (BKPM) Mikrobiologi Pngan II (Revisi). Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh. Payakumbuh
Aulia. 2013.http://auliachemy.wordpress.com/2009/06/04/mikrobiologi-pada-telus-segar/diakses
1 desember 2013
Anonim. 2013. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1792972/-air-dan-pertumbuhan
mokroba-telur a/ diakses 1 desember 2013
PERTANYAAN
1.Menurut
saudara mengapa pada telur asin masih dijumpai adanya pertumbuhan mikroba,
apakah garam tidak berfungsi sebagai pengawet?
Ø Tentu
saja garam berfungsi sebagai pengawet tetapi masih ada bakteri yang tahan
terhadap konsentrasi garam tinggi. Mikroorganisme yang sering
mengkontaminasi telur pada umumnya adalah bakteri kokus gram positif atau
bakteri gram negatif. Bakteri penyebab kebusukan pada telur adalah bakteri gram
negatif seperti Pseudomonas, Proteus, Serratia, Alcaligenes dan Cetrobacter.
Selain itu bakteri patogen yang sering mengkontaminasi produk-produk olahan
telur adalah bakteri Salmonella.
2.
dari sampel manakah salmonella terbanyak?
Ø
Komentar
Posting Komentar